Selasa, 09 April 2013

PONDOK PASKAH JEMAAT GMIM IMANUEL SENDANGAN WILAYAH KAKAS SATU TAHUN 2013









 




 






Rabu, 16 Mei 2012

SATU IOTA PUN PENTING

Baca: Matius 5:17-20

... siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkannya, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Surga. (Matius 5:19)


Bacaan Alkitab Setahun:
2 Samuel 16-18


Bagaimana perasaan Anda jika orang menyebarluaskan berita yang keliru tentang Anda? Tentu Anda marah, jengkel, tidak terima, karena akibat pemberitaan itu, orang banyak akan memiliki gambaran yang salah tentang Anda, dan mungkin memperlakukan Anda dengan tidak seharusnya.

Tuhan juga tidak menginginkan pemberitaan yang menyesatkan tentang diri-Nya. Yesus berkata bahwa “satu iota atau satu titik” pun tidak boleh ditiadakan dari firman-Nya (ayat 18). Iota (yod) adalah huruf terkecil dalam abjad Ibrani. Titik (keraia) atau goresan kecil dalam abjad Ibrani adalah unsur yang membedakan arti dari huruf-huruf yang serupa. Seluruh firman Tuhan harus dilakukan dan diajarkan dengan benar, tidak ada pengecualian. Tinggi-rendahnya tempat seseorang di dalam Kerajaan sorga tergantung pada hal ini (ayat 19). Keseriusan yang sama ditegaskan ketika kanon Alkitab diakhiri (Wahyu 22:18-19). Menurut Yesus, mereka yang menyesatkan orang lain lebih baik dibinasakan (Matius 18:6). Tuhan tidak menginginkan pemberitaan yang keliru tentang diri-Nya.

Kebenaran ini mendorong kami yang menyeleksi dan menyunting naskah Renungan Harian berhati-hati dalam mengerjakan tugas kami. Anda mungkin memiliki kesempatan-kesempatan yang berbeda untuk mengajarkan firman Tuhan kepada orang lain. Mari bersama melakukannya dengan kerinduan agar mereka mengenal Tuhan sebagaimana Dia ingin dikenal, agar mereka tidak salah bersikap terhadap-Nya. Itu artinya, kita makin teliti belajar Alkitab dan makin berhati-hati dalam mengajarkannya.—ELS


PEMBERITAAN YANG KELIRU AKAN TUHAN
AKAN MEMBAWA PENGENALAN YANG KELIRU TENTANG DIA

Selasa, 15 Mei 2012

PERCAYA RAMALAN BINTANG?

Baca: Ulangan 18:9-22

Sebab bangsa-bangsa yang daerahnya akan kaududuki ini mendengarkan kepada peramal atau petenung, tetapi engkau ini tidak diizinkan Tuhan, Allahmu, melakukan yang demikian. (Ulangan 18:14)


Bacaan Alkitab Setahun:
Mazmur 3-4, 12-13, 28, 55


Orang kristiani membaca Horoskop, bolehkah? Barangkali sebagian menjawab: “Boleh saja, kan tidak memercayainya” atau “Ah, saya cuma iseng saja, kok. Tidak ada maksud mendalami, apalagi memercayai.” Sebagian yang lain dengan tegas berkata tidak pada horoskop, karena itu artinya praktik ramal yang adalah dosa. Apa kata Alkitab tentang hal ini?

Praktik ramal meramal sudah ada sejak zaman bangsa Israel. Tuhan mengingatkan mereka bahwa praktik-praktik semacam itu akan banyak dijumpai ketika mereka masuk negeri Kanaan (ayat 9, 14). Umat Tuhan haruslah mendengarkan suara Tuhan, dengan cara yang Tuhan tentukan (ayat 15). Meminta petunjuk pada dewa, arwah, roh peramal, orang mati, atau hal-hal lain di luar cara Tuhan, berarti pemberontakan terhadap Tuhan (ayat 11-12; bandingkan Imamat 19:26, 31). “Sebab setiap orang yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi Tuhan” (ayat 12).

Masalah horoskop jauh melampaui soal boleh atau tidak boleh membaca. Ini masalah hati yang berpaut pada Tuhan sebagai satu-satunya otoritas dalam hidup. Kita perlu menyelidiki hati: mengapa saya lebih banyak mencari petunjuk akan masa depan di luar firman Tuhan? Tidakkah itu berarti saya meragukan petunjuk-Nya? Waspadalah! Hal itu tidak sepele di mata Tuhan! Jangan pula merasa sudah benar jika kita tak pernah membaca horoskop. Bisa jadi kita tidak membaca karena tidak ingin dipandang negatif, namun sebenarnya kita juga mencari petunjuk dalam hal-hal lain. Hati yang berpaut kepada ilah lain, itulah kekejian bagi Tuhan.—NDR


PANCANGKAN TINGGI-TINGGI TIANG KEKUDUSAN
UNTUK MENOLAK SEGALA KEKEJIAN YANG MENDUKAKAN TUHAN

Senin, 14 Mei 2012

BERDOA SESUAI KEHENDAK-NYA

Baca: Roma 8:18-30

Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi roh sendiri menyampaikan permohonan kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. (Roma 8:26)


Bacaan Alkitab Setahun:
2 Samuel 13-15


Pernahkah Anda bingung saat hendak berdoa? Misalnya saja saat menghadapi penyakit. Haruskah berdoa minta kesembuhan atau mohon kekuatan untuk menanggungnya? Permintaan mana yang akan didengar Tuhan? Haruskah berdoa untuk keluar dari sebuah tempat yang sulit atau mohon kasih karunia untuk bertahan? Pada satu titik, saya sempat berhenti berdoa karena merasa tidak yakin apakah saya berdoa sesuai kehendak Tuhan.

Bacaan hari ini memberi penghiburan luar biasa: “Roh Kudus membantu kita dalam kelemahan kita”. Paulus mengingatkan jemaat di Roma bahwa sebagai anak-anak Tuhan, mereka memiliki pengharapan yang mulia, sekalipun mereka masih hidup di tengah berbagai penderitaan, keluhan, dan kesakitan di dunia ini (18-25). Dalam kelemahan itu, kita yang rindu berdoa dengan penuh iman pun acap kali tidak tahu pasti apa yang Tuhan mau. Syukur kepada Tuhan, ketika kita mengeluh dengan kerinduan bahwa kemuliaan Tuhan akan dinyatakan (ayat 18-19), Roh Kudus membantu kita berdoa sesuai kehendak-Nya (ayat 27). Dan, ketika Roh Tuhan sendiri yang berdoa, bukankah Dia pasti mendengarkan?

Ada hal-hal yang jelas kita kenali sebagai kehendak Tuhan, misalnya hidup dalam iman, kasih, dan kekudusan. Namun, kita tidak diminta mengetahui tiap detail kehendak-Nya. Dia memahami ketidaktahuan kita, dan karena itu Roh-Nya berdoa bagi kita. Yang diperhatikan-Nya bukan ketepatan kata, melainkan kesungguhan hati yang merindukan kemuliaan-Nya dinyatakan. Bersyukurlah bahwa karya Tuhan tidak dibatasi oleh kelemahan kita. Tetaplah datang kepada-Nya di tengah situasi sesulit apa pun.—ELS


KETIKA KITA MERINDUKAN KEMULIAAN TUHAN DINYATAKAN,
TIAP PERMOHONAN DISEMPURNAKAN-NYA JADI DOA YANG DIPERKENAN.

Minggu, 13 Mei 2012

MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN

Baca: Mazmur 78:1-11

kami tidak hendak sembunyikan... tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian puji-pujian kepada Tuhan dan kekuatan-Nya, dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya. (Mazmur 78:4)


Bacaan Alkitab Setahun:
Mazmur 32, 51, 86, 122


Dalam sebuah pertemuan guru dan orangtua, peserta diminta menilai perbedaan dua daftar judul cerita sekolah minggu. Daftar pertama: Adam dan Hawa, Nuh Membuat Bahtera, Berani Seperti Daniel. Daftar kedua: Tuhan Menciptakan Dunia dan Manusia, Tuhan Menghukum Dunia dengan Air Bah, Tuhan Menyelamatkan Daniel dari Gua Singa. Sangat jelas. Daftar pertama berbicara tentang manusia, yang kedua tentang Tuhan. Alkitab merupakan satu kesatuan kisah Tuhan dan rencana-Nya yang agung atas dunia ini, namun sering diajarkan dan diterima orang sebagai kumpulan kisah teladan moral.

Yang demikian bukanlah tekad Asaf. Ia mengajak segenap bangsanya untuk memperkenalkan Tuhan dan karya-Nya dari generasi ke generasi (ayat 5-6). Asaf memulai dari dirinya sendiri (ayat 2-3). Bukan hanya kebaikan dan kehebatan Tuhan yang ia ceritakan, tetapi juga murka-Nya terhadap dosa (lihat ayat 12-72). Tak ada aspek yang disembunyikan Asaf. Ia sengaja melakukannya dengan tujuan: supaya yang mendengar percaya kepada Tuhan dan memegang perintah-perintah-Nya (ayat 7), tidak mengulangi kesalahan para orangtua yang tidak setia (ayat 8).

Tentu tak ada di antara kita yang berniat menyembunyikan kebenaran Tuhan. Namun, itu bisa terjadi karena kita sendiri tidak memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan. Kita enggan belajar apalagi hidup dalam firman-Nya. Bagaimana bisa membagikan sesuatu yang kita sendiri tidak punya? Mari bertekad seperti Asaf. Mengenal dan memperkenalkan Tuhan dari generasi ke generasi, supaya mereka percaya dan memegang perintah-perintah-Nya.— ELS


SEJAUH MANA PENGENALAN KITA AKAN TUHAN,
SEJAUH ITULAH KITA DAPAT MENOLONG ORANG LAIN UNTUK MENGENAL-NYA.

Sabtu, 12 Mei 2012

KASIH TANPA BATAS

Baca: Hosea 11:1-11

Aku tidak akan melaksanakan murka-Ku yang bernyala-nyala itu, tidak akan membinasakan Efraim kembali. Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus di tengah-tengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan. (Hosea 11:9)


Bacaan Alkitab Setahun:
2 Samuel 11-12; 1 Tawarikh 20


Kita tentu tidak asing dengan cerita rakyat Malin Kundang. Cerita tentang seorang anak yang melupakan kebaikan ibu yang telah membesarkannya. Setelah kaya, ia malu mengakui ibunya yang sudah tua dan miskin. Ibunya berusaha menyadarkan, tetapi ia tetap tidak mau mengakui. Akhirnya kesabaran sang ibu habis. Malin Kundang dikutuk menjadi batu. Kesabaran sang ibu, sebagai manusia, ada batasnya.

Hosea menggambarkan hati Allah yang penuh belas kasih dengan begitu indah. Meski begitu, kebaikan dan belas kasih-Nya kerap kali dilupakan umat Israel. Mereka lupa bahwa Tuhanlah yang telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir, dan menolong sepanjang perjalanan menuju tanah perjanjian (ayat 1). Ironisnya, bukannya mensyukuri kemurahan dan pertolongan Tuhan, mereka malah menjauh dari Tuhan. Mereka berpaling menyembah ilah lain (ayat 2-4,7). Sungguh bersyukur bahwa Tuhan bukan manusia Dia tak pernah habis kesabaran seperti ibu Malin Kundang. Dia memberi disiplin pada umat-Nya (ayat 5-6), namun tidak menghendaki umat-Nya “hangus” dan “binasa” (ayat 8-9). Tuhan adalah pribadi penuh belas kasihan yang menghendaki umat-Nya bertobat.

Membaca bagian firman Tuhan hari ini membawa kita kembali menyelami kebesaran kasih Tuhan, sekaligus menyadari betapa kita sangat layak dimurkai. Bukankah kita pun sering berpaling dari-Nya seperti bangsa Israel? Segala perbuatan-Nya dalam hidup kita terlupakan begitu saja. Bersyukur bahwa Tuhan bukan manusia yang terbatas dalam kasih. Mari mohon Tuhan menolong kita untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang Tuhan berikan.— YBP


KASIH IBU SEPANJANG JALAN. KASIH TUHAN TIDAK ADA BATASNYA.

Jumat, 11 Mei 2012

Gereja: sebuah komunitas kasih

Kolose 1:1-8

Salam
1:1 Dari Paulus, rasul Kristus Yesus, oleh kehendak Allah, dan Timotius saudara kita,
1:2 kepada saudara-saudara yang kudus dan yang percaya dalam Kristus di Kolose. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, menyertai kamu.

Ucapan syukur dan doa
1:3 Kami selalu mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu,
1:4 karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus,
1:5 oleh karena pengharapan, yang disediakan bagi kamu di sorga. Tentang pengharapan itu telah lebih dahulu kamu dengar dalam firman kebenaran, yaitu Injil,
1:6 yang sudah sampai kepada kamu. Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh dunia, demikian juga di antara kamu sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenal kasih karunia Allah dengan sebenarnya.
1:7 Semuanya itu telah kamu ketahui dari Epafras, kawan pelayan yang kami kasihi, yang bagi kamu adalah pelayan Kristus yang setia.
1:8 Dialah juga yang telah menyatakan kepada kami kasihmu dalam Roh.

RENUNGAN

Sifat apakah yang harus menonjol di dalam gereja? Gereja tercipta karena pengurbanan Kristus yang menyelamatkan umat manusia. Gereja bukan diciptakan oleh manusia, tetapi oleh Kristus. Yesus Kristus adalah Kepala gereja (Kol. 1:18). Para pekerja atau pelayan yang bertugas di gereja dipilih oleh Kristus, contohnya Rasul Paulus (1). Kemudian dilanjutkan sampai kepada pendeta dan para pemimpin lainnya. Para anggotanya disebut sebagai orang beriman dengan sapaan saudara-saudara dalam Kristus. Gereja juga bertugas memberitakan Injil keselamatan dalam Kristus, serta pengharapan yang tersimpan di dalam surga (5). Termasuk bagian yang penting yaitu memberitakan keadilan dan damai-sejahtera berdasarkan kasih yang diwujudnyatakan dalam hidup sehari-hari (6).

Kolose 1:1-8 memberikan gambaran yang cukup jelas tentang kasih persaudaraan yang diwujudnyatakan dalam keseharian mereka. Kasih persaudaraan itu dapat terlihat dalam diri Paulus yang telah menuliskan surat gembala pada jemaat Kolose. Sebagai seorang rasul Kristus yang mengasihi jemaat, mengirimkan surat gembala untuk membina jemaat adalah suatu tindakan yang baik dan penuh kasih. Paulus tidak tinggal diam ketika ia mengetahui ada persoalan yang terjadi di dalam jemaat tersebut. Dengan penuh kasih Paulus, menyapa, mengajar, menegur dan mengarahkan jemaat menuju pertumbuhan rohani yang lebih baik. Kehidupan jemaat Kolose, walaupun ada kekurangan di sana-sini, juga telah menunjukkan sikap yang saling mengasihi di antara anggota jemaat. Sikap mereka itu rupanya cukup berkesan sehingga menjadi topik pelaporan Epafras kepada Paulus.

Hubungan kasih yang terjalin di antara para pelayan firman dengan jemaat ini menjadi penting untuk kita refleksikan bagi kehidupan gereja di masa sekarang. Sudahkah kita membangun hubungan yang demikian di dalam kehidupan gereja kita sekarang? Sebab tanpa itu, peran kita sebagai tubuh Kristus di dunia akan kurang bahkan tidak terasa bagi orang lain.