TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. (Mazmur 23:1)
Baca: Matius 5:17-20
... siapa yang
meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil,
dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat
yang paling rendah di dalam Kerajaan Surga; tetapi siapa yang melakukan
dan mengajarkannya, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam
Kerajaan Surga. (Matius 5:19)
Bacaan Alkitab Setahun:
2 Samuel 16-18
Bagaimana perasaan Anda jika orang menyebarluaskan berita
yang keliru tentang Anda? Tentu Anda marah, jengkel, tidak terima,
karena akibat pemberitaan itu, orang banyak akan memiliki gambaran yang
salah tentang Anda, dan mungkin memperlakukan Anda dengan tidak
seharusnya.
Tuhan juga tidak menginginkan pemberitaan yang
menyesatkan tentang diri-Nya. Yesus berkata bahwa “satu iota atau satu
titik” pun tidak boleh ditiadakan dari firman-Nya (ayat 18). Iota (yod) adalah huruf terkecil dalam abjad Ibrani. Titik (keraia)
atau goresan kecil dalam abjad Ibrani adalah unsur yang membedakan arti
dari huruf-huruf yang serupa. Seluruh firman Tuhan harus dilakukan dan
diajarkan dengan benar, tidak ada pengecualian. Tinggi-rendahnya tempat
seseorang di dalam Kerajaan sorga tergantung pada hal ini (ayat 19).
Keseriusan yang sama ditegaskan ketika kanon Alkitab diakhiri (Wahyu
22:18-19). Menurut Yesus, mereka yang menyesatkan orang lain lebih baik
dibinasakan (Matius 18:6). Tuhan tidak menginginkan pemberitaan yang keliru tentang diri-Nya.
Kebenaran
ini mendorong kami yang menyeleksi dan menyunting naskah Renungan
Harian berhati-hati dalam mengerjakan tugas kami. Anda mungkin memiliki
kesempatan-kesempatan yang berbeda untuk mengajarkan firman Tuhan kepada
orang lain. Mari bersama melakukannya dengan kerinduan agar mereka
mengenal Tuhan sebagaimana Dia ingin dikenal, agar mereka tidak salah
bersikap terhadap-Nya. Itu artinya, kita makin teliti belajar Alkitab
dan makin berhati-hati dalam mengajarkannya.—ELS
Baca: Ulangan 18:9-22
Sebab bangsa-bangsa
yang daerahnya akan kaududuki ini mendengarkan kepada peramal atau
petenung, tetapi engkau ini tidak diizinkan Tuhan, Allahmu, melakukan
yang demikian. (Ulangan 18:14)
Bacaan Alkitab Setahun:
Mazmur 3-4, 12-13, 28, 55
Orang kristiani membaca Horoskop, bolehkah? Barangkali
sebagian menjawab: “Boleh saja, kan tidak memercayainya” atau “Ah, saya
cuma iseng saja, kok. Tidak ada maksud mendalami, apalagi memercayai.”
Sebagian yang lain dengan tegas berkata tidak pada horoskop, karena itu
artinya praktik ramal yang adalah dosa. Apa kata Alkitab tentang hal
ini?
Praktik ramal meramal sudah ada sejak zaman bangsa Israel.
Tuhan mengingatkan mereka bahwa praktik-praktik semacam itu akan banyak
dijumpai ketika mereka masuk negeri Kanaan (ayat 9, 14). Umat Tuhan
haruslah mendengarkan suara Tuhan, dengan cara yang Tuhan tentukan (ayat
15). Meminta petunjuk pada dewa, arwah, roh peramal, orang mati, atau
hal-hal lain di luar cara Tuhan, berarti pemberontakan terhadap Tuhan
(ayat 11-12; bandingkan Imamat 19:26, 31). “Sebab setiap orang yang
melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi Tuhan” (ayat 12).
Masalah
horoskop jauh melampaui soal boleh atau tidak boleh membaca. Ini
masalah hati yang berpaut pada Tuhan sebagai satu-satunya otoritas dalam
hidup. Kita perlu menyelidiki hati: mengapa saya lebih banyak mencari
petunjuk akan masa depan di luar firman Tuhan? Tidakkah itu berarti saya
meragukan petunjuk-Nya? Waspadalah! Hal itu tidak sepele di mata Tuhan!
Jangan pula merasa sudah benar jika kita tak pernah membaca horoskop.
Bisa jadi kita tidak membaca karena tidak ingin dipandang negatif, namun
sebenarnya kita juga mencari petunjuk dalam hal-hal lain. Hati yang
berpaut kepada ilah lain, itulah kekejian bagi Tuhan.—NDR
Baca: Roma 8:18-30
Demikian juga Roh
membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana
sebenarnya harus berdoa; tetapi roh sendiri menyampaikan permohonan
kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. (Roma 8:26)
Bacaan Alkitab Setahun:
2 Samuel 13-15
Pernahkah Anda bingung saat hendak berdoa? Misalnya saja saat
menghadapi penyakit. Haruskah berdoa minta kesembuhan atau mohon
kekuatan untuk menanggungnya? Permintaan mana yang akan didengar Tuhan?
Haruskah berdoa untuk keluar dari sebuah tempat yang sulit atau mohon
kasih karunia untuk bertahan? Pada satu titik, saya sempat berhenti
berdoa karena merasa tidak yakin apakah saya berdoa sesuai kehendak
Tuhan.
Bacaan hari ini memberi penghiburan luar biasa: “Roh
Kudus membantu kita dalam kelemahan kita”. Paulus mengingatkan jemaat di
Roma bahwa sebagai anak-anak Tuhan, mereka memiliki pengharapan yang
mulia, sekalipun mereka masih hidup di tengah berbagai penderitaan,
keluhan, dan kesakitan di dunia ini (18-25). Dalam kelemahan itu, kita
yang rindu berdoa dengan penuh iman pun acap kali tidak tahu pasti apa
yang Tuhan mau. Syukur kepada Tuhan, ketika kita mengeluh dengan
kerinduan bahwa kemuliaan Tuhan akan dinyatakan (ayat 18-19), Roh Kudus
membantu kita berdoa sesuai kehendak-Nya (ayat 27). Dan, ketika Roh
Tuhan sendiri yang berdoa, bukankah Dia pasti mendengarkan?
Ada
hal-hal yang jelas kita kenali sebagai kehendak Tuhan, misalnya hidup
dalam iman, kasih, dan kekudusan. Namun, kita tidak diminta mengetahui
tiap detail kehendak-Nya. Dia memahami ketidaktahuan kita, dan karena
itu Roh-Nya berdoa bagi kita. Yang diperhatikan-Nya bukan ketepatan
kata, melainkan kesungguhan hati yang merindukan kemuliaan-Nya
dinyatakan. Bersyukurlah bahwa karya Tuhan tidak dibatasi oleh kelemahan
kita. Tetaplah datang kepada-Nya di tengah situasi sesulit apa pun.—ELS
Baca: Mazmur 78:1-11
kami tidak hendak
sembunyikan... tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian
puji-pujian kepada Tuhan dan kekuatan-Nya, dan perbuatan-perbuatan ajaib
yang telah dilakukan-Nya. (Mazmur 78:4)
Bacaan Alkitab Setahun:
Mazmur 32, 51, 86, 122
Dalam sebuah pertemuan guru dan orangtua, peserta diminta
menilai perbedaan dua daftar judul cerita sekolah minggu. Daftar
pertama: Adam dan Hawa, Nuh Membuat Bahtera, Berani Seperti Daniel. Daftar kedua: Tuhan Menciptakan Dunia dan Manusia, Tuhan Menghukum Dunia dengan Air Bah, Tuhan Menyelamatkan Daniel dari Gua Singa.
Sangat jelas. Daftar pertama berbicara tentang manusia, yang kedua
tentang Tuhan. Alkitab merupakan satu kesatuan kisah Tuhan dan
rencana-Nya yang agung atas dunia ini, namun sering diajarkan dan
diterima orang sebagai kumpulan kisah teladan moral.
Yang
demikian bukanlah tekad Asaf. Ia mengajak segenap bangsanya untuk
memperkenalkan Tuhan dan karya-Nya dari generasi ke generasi (ayat 5-6).
Asaf memulai dari dirinya sendiri (ayat 2-3). Bukan hanya kebaikan dan
kehebatan Tuhan yang ia ceritakan, tetapi juga murka-Nya terhadap dosa
(lihat ayat 12-72). Tak ada aspek yang disembunyikan Asaf. Ia sengaja
melakukannya dengan tujuan: supaya yang mendengar percaya kepada Tuhan
dan memegang perintah-perintah-Nya (ayat 7), tidak mengulangi kesalahan
para orangtua yang tidak setia (ayat 8).
Tentu tak ada
di antara kita yang berniat menyembunyikan kebenaran Tuhan. Namun, itu
bisa terjadi karena kita sendiri tidak memiliki pengenalan yang benar
akan Tuhan. Kita enggan belajar apalagi hidup dalam firman-Nya.
Bagaimana bisa membagikan sesuatu yang kita sendiri tidak punya? Mari
bertekad seperti Asaf. Mengenal dan memperkenalkan Tuhan dari generasi
ke generasi, supaya mereka percaya dan memegang perintah-perintah-Nya.—
ELS
Baca: Hosea 11:1-11
Aku tidak akan
melaksanakan murka-Ku yang bernyala-nyala itu, tidak akan membinasakan
Efraim kembali. Sebab Aku ini Allah dan bukan manusia, Yang Kudus di
tengah-tengahmu, dan Aku tidak datang untuk menghanguskan. (Hosea 11:9)
Bacaan Alkitab Setahun:
2 Samuel 11-12; 1 Tawarikh 20
Kita tentu tidak asing dengan cerita rakyat Malin Kundang.
Cerita tentang seorang anak yang melupakan kebaikan ibu yang telah
membesarkannya. Setelah kaya, ia malu mengakui ibunya yang sudah tua dan
miskin. Ibunya berusaha menyadarkan, tetapi ia tetap tidak mau
mengakui. Akhirnya kesabaran sang ibu habis. Malin Kundang dikutuk
menjadi batu. Kesabaran sang ibu, sebagai manusia, ada batasnya.
Hosea
menggambarkan hati Allah yang penuh belas kasih dengan begitu indah.
Meski begitu, kebaikan dan belas kasih-Nya kerap kali dilupakan umat
Israel. Mereka lupa bahwa Tuhanlah yang telah membebaskan mereka dari
perbudakan di Mesir, dan menolong sepanjang perjalanan menuju tanah
perjanjian (ayat 1). Ironisnya, bukannya mensyukuri kemurahan dan
pertolongan Tuhan, mereka malah menjauh dari Tuhan. Mereka berpaling
menyembah ilah lain (ayat 2-4,7). Sungguh bersyukur bahwa Tuhan bukan
manusia Dia tak pernah habis kesabaran seperti ibu Malin Kundang. Dia
memberi disiplin pada umat-Nya (ayat 5-6), namun tidak menghendaki
umat-Nya “hangus” dan “binasa” (ayat 8-9). Tuhan adalah pribadi penuh
belas kasihan yang menghendaki umat-Nya bertobat.
Membaca bagian
firman Tuhan hari ini membawa kita kembali menyelami kebesaran kasih
Tuhan, sekaligus menyadari betapa kita sangat layak dimurkai. Bukankah
kita pun sering berpaling dari-Nya seperti bangsa Israel? Segala
perbuatan-Nya dalam hidup kita terlupakan begitu saja. Bersyukur bahwa
Tuhan bukan manusia yang terbatas dalam kasih. Mari mohon Tuhan menolong
kita untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang Tuhan berikan.— YBP
Kolose 1:1-8
Salam
1:1
Dari Paulus, rasul Kristus Yesus, oleh kehendak Allah, dan Timotius saudara kita,
1:2
kepada saudara-saudara yang kudus dan yang percaya dalam Kristus di
Kolose. Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita,
menyertai kamu.
Ucapan syukur dan doa
1:3
Kami selalu mengucap syukur kepada Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, setiap kali kami berdoa untuk kamu,
1:4
karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus,
1:5
oleh karena pengharapan, yang disediakan bagi kamu di sorga.
Tentang pengharapan itu telah lebih dahulu kamu dengar dalam firman
kebenaran, yaitu Injil,
1:6
yang sudah sampai kepada kamu. Injil itu berbuah dan berkembang di
seluruh dunia, demikian juga di antara kamu sejak waktu kamu
mendengarnya dan mengenal kasih karunia Allah dengan sebenarnya.
1:7
Semuanya itu telah kamu ketahui dari Epafras, kawan pelayan yang
kami kasihi, yang bagi kamu adalah pelayan Kristus yang setia.
1:8
Dialah juga yang telah menyatakan kepada kami kasihmu dalam Roh.
RENUNGAN
Sifat apakah yang harus menonjol di dalam gereja? Gereja tercipta
karena pengurbanan Kristus yang menyelamatkan umat manusia. Gereja
bukan diciptakan oleh manusia, tetapi oleh Kristus. Yesus Kristus adalah
Kepala gereja (Kol. 1:18). Para pekerja atau pelayan yang bertugas di
gereja dipilih oleh Kristus, contohnya Rasul Paulus (1). Kemudian
dilanjutkan sampai kepada pendeta dan para pemimpin lainnya. Para
anggotanya disebut sebagai orang beriman dengan sapaan saudara-saudara
dalam Kristus. Gereja juga bertugas memberitakan Injil keselamatan dalam
Kristus, serta pengharapan yang tersimpan di dalam surga (5). Termasuk
bagian yang penting yaitu memberitakan keadilan dan damai-sejahtera
berdasarkan kasih yang diwujudnyatakan dalam hidup sehari-hari (6).
Kolose 1:1-8 memberikan gambaran yang cukup jelas tentang kasih
persaudaraan yang diwujudnyatakan dalam keseharian mereka. Kasih
persaudaraan itu dapat terlihat dalam diri Paulus yang telah menuliskan
surat gembala pada jemaat Kolose. Sebagai seorang rasul Kristus yang
mengasihi jemaat, mengirimkan surat gembala untuk membina jemaat adalah
suatu tindakan yang baik dan penuh kasih. Paulus tidak tinggal diam
ketika ia mengetahui ada persoalan yang terjadi di dalam jemaat
tersebut. Dengan penuh kasih Paulus, menyapa, mengajar, menegur dan
mengarahkan jemaat menuju pertumbuhan rohani yang lebih baik. Kehidupan
jemaat Kolose, walaupun ada kekurangan di sana-sini, juga telah
menunjukkan sikap yang saling mengasihi di antara anggota jemaat. Sikap
mereka itu rupanya cukup berkesan sehingga menjadi topik pelaporan
Epafras kepada Paulus.
Hubungan kasih yang terjalin di antara para pelayan firman dengan
jemaat ini menjadi penting untuk kita refleksikan bagi kehidupan gereja
di masa sekarang. Sudahkah kita membangun hubungan yang demikian di
dalam kehidupan gereja kita sekarang? Sebab tanpa itu, peran kita
sebagai tubuh Kristus di dunia akan kurang bahkan tidak terasa bagi
orang lain.