Baca: Yunus 1:17-2:10
Maka atas penentuan
Tuhan datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus; dan Yunus tinggal
di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya. (Yunus 1:17)
Bacaan Alkitab Setahun:
Mazmur 65-67; 69-70
Orang Ibrani mempunyai keyakinan bahwa “dunia orang mati” itu
berada di bawah. Ya, jauh di kedalaman di bawah sana. Gelap;
mengerikan; jauh dari hadirat Tuhan. Ketika Yunus dilempar ke dalam
lautan yang sedang bergelora, pastilah ia merasa bahwa dirinya sedang
dikirim ke “dunia orang mati” itu. Ternyata tidak! Seekor “ikan besar”
menelannya atas perintah Tuhan!
Yunus berada di dalam perut ikan
itu tiga hari tiga malam. Ia menyadari, ternyata di pusat lautan, ia
masih hidup (ayat 3). Tuhan belum selesai berurusan dengannya. Yunus
bukan saja dikejar-Nya dengan “badai besar” (lihat Yunus 1:12),
melainkan juga ditangkap-Nya dengan “ikan besar”. Kini, ia layaknya
seorang anak dalam genggaman erat tangan bapanya. Yunus sadar, jika
“badai besar” dan “ikan besar” saja taat kepada Tuhan, bukankah
sepatutnya ia mematuhi panggilan Tuhan? Ia teringat kepada Tuhan (ayat
7). Dan, dalam kesempatan hidup yang kedua itulah Yunus bertekad
memenuhi nazarnya kepada Tuhan—dalam rasa syukur, Yunus berdoa kepada
Tuhan (ayat 9). Perut ikan itu seolah malah menjadi sebuah ruang doa
yang hening—bukan kuburan sepi baginya.
Apakah kita merasa
tengah berada di “perut ikan besar” yang menelan kita setelah kesalahan
besar yang kita lakukan pada masa lampau? Mungkin itu adalah kondisi
sakit parah, ekonomi yang sedang jatuh, studi yang gagal, cinta yang
kandas, atau bahkan jeruji penjara. Tuhan belum selesai dengan kita.
Berpalinglah kepada-Nya dan berdoalah, dengan diiringi keyakinan bahwa
kondisi kini—apa pun itu—justru dapat Dia pakai sebagai “perut ikan”
yang akan mengembalikan kita kepada tujuan-Nya yang mulia.— PAD
TUHAN TAK PERNAH GAGAL MEMENUHI RANCANGAN-NYA.
0 komentar:
Posting Komentar